CONCLUSION
Excellence is Pursuit, Not Perfection
Spiritual Excellence bukanlah tentang mencapai moralitas yang sempurna atau memiliki semua jawaban. Ini tentang kesetiaan sehari-hari—memilih Allah ketika itu sulit, menyelaraskan kembali hati kita ketika kita gagal, dan melanjutkan perjalanan dengan kerendahan hati.
Kita mengejar excellence bukan untuk membuktikan diri kita kepada orang lain, tetapi untuk menghormati Dia yang lebih dulu mengasihi kita. Disiplin kita didorong oleh pengabdian. Ketekunan kita tumbuh dari kesenangan akan Allah. Seperti yang ditulis Thomas Aquinas:
“Percaya adalah suatu tindakan intelek, yang menyetujui kebenaran ilahi, karena perintah kehendak, yang digerakkan oleh Allah, melalui kasih karunia.” (Terjemahan bebas dari “Believing is an act of the intellect assenting to the divine truth, by the command of the will, moved by God through grace.”)
Pencarian ini digerakkan oleh kasih karunia. Ini bukan tentang usaha yang bersifat membenarkan diri sendiri, tetapi tentang menanggapi karya Roh dalam hati kita—yang membentuk kita menjadi orang yang semakin mencerminkan Kristus setiap hari.
Ketika kita mengejar hikmat dan hidup dalam rasa takut yang khidmat kepada Tuhan, kita tidak hanya menjadi “orang Kristen yang lebih baik”—kita menjadi benar-benar hidup. Kita menjadi agen damai sejahtera, terang, dan kebenaran di dunia yang bingung dan terluka.