REFERENCE BIBLE VERSES
Amsal 16:32 | Orang yang sabar melebihi seorang pahlawan, orang yang menguasai dirinya, melebihi orang yang merebut kota
OBJECTIVE
Monthly Theme: Excellence in Relationship
- Untuk memahami bahwa hubungan kita dengan orang percaya lainnya adalah penting karena memamerkan kasih Kristus dalam tindakan, dan kurangnya penguasaan diri dapat merusak hubungan karena sering kali mengakibatkan kata-kata yang menyakitkan, tindakan impulsif, dan konflik yang sebenarnya bisa dihindari.
- Untuk memahami bahwa penguasaan diri adalah buah Roh yang menolong kita untuk menanggapi dengan kesabaran dan kasih, alih-alih membiarkan emosi menguasai kita.
CONTENT
Kurangnya penguasaan diri dapat merusak hubungan, seperti yang dijelaskan dalam Amsal 25:28, yang mengumpamakannya seperti “orang yang tak dapat mengendalikan diri adalah seperti kota yang roboh temboknya,” yang menunjukkan kerentanan dan kehancuran yang disebabkan oleh hilangnya kendali. Emosi yang tidak terkendali dapat memicu kata-kata atau tindakan yang menyakiti orang-orang terdekat kita, merusak kepercayaan dan komunikasi yang sehat.
Penguasaan diri bertindak seperti rem pada mobil, menghentikan kita dari “menabrak” orang lain dengan kata-kata atau perilaku impulsif. Dengan penguasaan diri, kita dapat menunda kemarahan dan mendengarkan orang lain dengan terbuka (Yakobus 1:19), menjaga hubungan tetap positif dan penuh kasih. Sikap ini juga menunjukkan rasa hormat yang besar terhadap perasaan orang lain, yang memperkuat ikatan kasih dan kepercayaan.
SELF CONTROL / PATIENCE IS A SIGN OF STRENGTH
Alkitab dengan jelas mengajarkan bahwa penguasaan diri bukanlah kelemahan, melainkan tanda kekuatan yang sejati. Dalam Amsal 16:32 dikatakan bahwa orang yang menguasai dirinya lebih berharga daripada seorang pahlawan yang merebut kota. Dalam budaya kita, bereaksi dengan cepat sering dianggap “kuat” atau “percaya diri.” Tetapi Tuhan berkata, menahan diri dan berpikir sebelum bertindak adalah tanda kedewasaan yang sejati. Kesabaran memberi ruang bagi Tuhan untuk bekerja sebelum kita menerjang dengan solusi atau penilaian kita sendiri. Memiliki penguasaan diri adalah buah Roh Kudus (Galatia 5:22-23) yang mencerminkan hati dan karakter yang diubahkan, bukan sekadar sesuatu yang kita capai dengan usaha sendiri. Yesus Kristus adalah teladan sempurna dari penguasaan diri: melalui semua cobaan dan pencobaan-Nya, termasuk di padang gurun, Ia tetap taat sepenuhnya tanpa dosa, bahkan sampai mati di kayu salib. Kita dipanggil untuk mengikuti kekuatan Kristus untuk mengatasi pencobaan, bersandar bukan pada kekuatan kita sendiri, tetapi pada karya penguatan dari Roh Kudus.
HOW TO GROW IN SELF CONTROL
-
Perbarui Pikiranmu (Roma 12:2)
Untuk bertumbuh dalam penguasaan diri, kita perlu mengganti pola pikir lama yang dipengaruhi oleh keinginan duniawi dengan pikiran yang dipenuhi Firman Tuhan. Kita dapat melakukan ini dengan sering membaca, menyelidiki, dan merenungkan Alkitab untuk memperoleh hikmat dan pengertian rohani. Ketika pikiran kita berubah, kita mulai melihat situasi dan pencobaan dari cara pandang Tuhan. Hal ini menolong kita untuk hidup dengan lebih berdisiplin dan terkendali. Memperbarui pikiran kita juga memberi kita kekuatan untuk berpikir matang sebelum bereaksi secara emosional. -
Kenali dan Hindari Pemicu Emosi Negatif (Matius 5:29-30)
Yesus mengajarkan dalam Matius 5:29-30 bahwa kita harus "menyingkirkan" apa pun yang membuat kita berbuat dosa — yang berarti kita harus mengambil tindakan tegas untuk menjaga diri kita tetap murni. Dalam kehidupan sehari-hari, ini berarti belajar mengenali situasi, kebiasaan, atau hubungan yang membuat kita marah, cemas, atau hilang kendali. Secara praktis, kita dapat berhenti sejenak ketika emosi memuncak, mengambil napas dalam-dalam, dan berpikir sebelum kita bertindak atau berbicara. Terkadang, menjauhi percakapan yang menegangkan atau mengubah rutinitas yang membuat kita marah membantu kita melatih penguasaan diri. -
Bangun Akuntabilitas dan Komunitas (Ibrani 3:13)
Ibrani 3:13 mengatakan kita harus saling menasihati setiap hari supaya jangan ada yang menjadi tegar hatinya karena tipu daya dosa. Kita tidak dapat bertumbuh dalam penguasaan diri sendirian; kita membutuhkan komunitas iman untuk mendukung dan mengingatkan kita dengan kasih. Bergabung dalam kelompok kecil, memiliki pembimbing rohani, atau rekan akuntabilitas menolong kita untuk membagikan pergumulan dan kemajuan dalam penguasaan diri. Selain itu, kebiasaan rohani seperti berpuasa menguatkan disiplin kita dengan menolong tubuh kita taat kepada kehendak Tuhan dan berkata "tidak" pada pencobaan.
CONCLUSION
Penguasaan diri bukan tentang tidak pernah merasa marah, terluka, atau frustrasi — melainkan tentang memilih cara Roh daripada impuls kedagingan kita. Penguasaan diri menyuruh kita untuk berhenti sejenak, dan dengan berhenti sejenak sebelum bereaksi, banyak hubungan dapat diselamatkan.
REFLECTION/DISCUSSION QUESTIONS
- Kapan terakhir kali Anda bereaksi terlalu cepat dan berharap Anda telah menunggu? Apa yang bisa Anda lakukan secara berbeda?
- Di area mana dalam hubungan Anda yang perlu Anda praktikkan lebih banyak "berhenti sejenak" sebelum bereaksi?
REFERENCES