REFERENCE BIBLE VERSES
Amsal 2:1-5 | 1 Hai anakku, jika engkau menerima perkataanku dan menyimpan perintahku di dalam hatimu, 2 sehingga telingamu memperhatikan hikmat, dan engkau mencenderungkan hatimu kepada kepandaian, 3 ya, jika engkau berseru kepada pengertian, dan menujukan suaramu kepada kepandaian, 4 jika engkau mencarinya seperti mencari perak, dan mengejarnya seperti mengejar harta terpendam, 5 maka engkau akan mengerti takut akan TUHAN dan mendapat pengenalan akan Allah. (TB)
OBJECTIVE
Untuk memahami bahwa memperjuangkan spiritual excellence dimulai dengan takut akan Tuhan dan pencarian yang penuh gairah akan kebenaran ilahi—yang mengarah pada kehidupan yang mencerminkan hikmat, karakter, dan kehadiran Allah.
CONTENT
THE FEAR OF THE LORD: FOUNDATION OF SPIRITUAL EXCELLENCE
- Keunggulan spiritual tidak dimulai dengan performa lahiriah—tetapi dengan postur batin. Di intinya terletak takut akan Tuhan. Ini bukan rasa takut dalam arti teror, tetapi awe atau hormat yang penuh khidmat—rasa hormat yang mendalam akan kekudusan, otoritas, dan kemuliaan Allah. Takut akan Tuhan berarti mengasihi apa yang Dia kasihi, membenci apa yang Dia benci, dan menyelaraskan hidup kita dengan Firman-Nya sebagai bentuk penghormatan dan pengabdian.
- Amsal 9:10 mengingatkan kita: “Takut akan TUHAN adalah permulaan hikmat, dan mengenal Yang Mahakudus adalah pengertian.” (TB)
- Takut akan Allah berarti lebih dari sekadar percaya—itu adalah ketaatan dalam tindakan. Pikiran, keputusan, perkataan, dan perilaku kita menjadi selaras dengan kebenaran-Nya. Seperti yang dikatakan Yakobus 2:26, “Sebab seperti tubuh tanpa roh adalah mati, demikian jugalah iman tanpa perbuatan-perbuatan adalah mati.” (TB) Anda tidak dapat mengklaim spiritual excellence tanpa kehidupan yang mencerminkan Dia yang Anda ikuti. Iman yang tidak mengekspresikan dirinya melalui transformasi bukanlah iman yang benar-benar hidup.
- Di dunia yang sering mengagungkan diri sendiri di atas Allah, hidup dalam takut akan Tuhan adalah tindakan penyerahan diri yang radikal namun indah—dan itulah titik awal untuk kedewasaan spiritual.
PURSUING WISDOM: A TREASURE WORTH SEEKING
- Dalam Amsal 2, hikmat digambarkan sebagai harta yang terpendam—berharga, langka, dan layak untuk dikejar. Metafora ini mengingatkan kita dengan kuat bahwa hikmat tidak diperoleh secara pasif. Kita harus mencarinya dengan sengaja, seperti kita mencari perak atau emas.
-
Apa yang diperlukan dalam pencarian ini?
- Telinga yang memperhatikan Firman Tuhan
- Hati yang condong kepada pengertian
- Pikiran yang lapar akan kebenaran
- Bibir yang berani mengajukan pertanyaan-pertanyaan sulit
- Kehidupan yang bersedia berubah sebagai respons terhadap penyataan ilahi - Allah tidak menahan hikmat dari mereka yang mencari-Nya. Seperti Yakobus 1:5 berkata: “Tetapi apabila di antara kamu ada yang kekurangan hikmat, hendaklah ia memintakannya kepada Allah, yang memberikan kepada semua orang dengan murah hati dan tanpa membangkit-bangkit, maka hal itu akan diberikan kepadanya.” (TB)
- Imbalan untuk mencari hikmat ilahi bukan hanya wawasan untuk keputusan hidup—tetapi juga jaminan janji-janji Allah: kasih-Nya, perlindungan-Nya, penyediaan-Nya, dan karunia utama yaitu hidup yang kekal. Spiritual excellence dipupuk melalui postur harian untuk mencari dan menanggapi suara Allah ini.
CONCLUSION
Excellence is Pursuit, Not Perfection
Spiritual Excellence bukanlah tentang mencapai moralitas yang sempurna atau memiliki semua jawaban. Ini tentang kesetiaan sehari-hari—memilih Allah ketika itu sulit, menyelaraskan kembali hati kita ketika kita gagal, dan melanjutkan perjalanan dengan kerendahan hati.
Kita mengejar excellence bukan untuk membuktikan diri kita kepada orang lain, tetapi untuk menghormati Dia yang lebih dulu mengasihi kita. Disiplin kita didorong oleh pengabdian. Ketekunan kita tumbuh dari kesenangan akan Allah. Seperti yang ditulis Thomas Aquinas:
“Percaya adalah suatu tindakan intelek, yang menyetujui kebenaran ilahi, karena perintah kehendak, yang digerakkan oleh Allah, melalui kasih karunia.” (Terjemahan bebas dari “Believing is an act of the intellect assenting to the divine truth, by the command of the will, moved by God through grace.”)
Pencarian ini digerakkan oleh kasih karunia. Ini bukan tentang usaha yang bersifat membenarkan diri sendiri, tetapi tentang menanggapi karya Roh dalam hati kita—yang membentuk kita menjadi orang yang semakin mencerminkan Kristus setiap hari.
Ketika kita mengejar hikmat dan hidup dalam rasa takut yang khidmat kepada Tuhan, kita tidak hanya menjadi “orang Kristen yang lebih baik”—kita menjadi benar-benar hidup. Kita menjadi agen damai sejahtera, terang, dan kebenaran di dunia yang bingung dan terluka.
REFLECTION/DISCUSSION QUESTIONS
- Apa yang memotivasi Anda—atau apa yang dapat memotivasi Anda—untuk terus mengejar Tuhan ketika itu sulit?
- Apakah Anda memperlakukan hikmat seperti harta? Langkah apa yang dapat Anda ambil minggu ini untuk mencarinya dengan lebih sengaja?
- Bagaimana pemahaman Anda tentang “takut akan Tuhan” membentuk cara Anda hidup dan mengambil keputusan?
REFERENCES